Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata,
الأَصْلُ الثَّالِثُ: مَعْرِفَةُ نَبِيِّكُمْ مُحَمَّدٍ ـ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَهُوَ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ بْنِ هَاشِمٍ، وَهَاشِمٌ مِنْ قُرَيْشٍ، وَقُرَيْشٌ مِنَ الْعَرَبِ، وَالْعَرَبُ مِنْ ذُرِّيَّةِ إِسْمَاعِيلَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ الْخَلِيلِ عَلَيْهِ وَعَلَى نَبِيِّنَا أَفْضَلُ الصَّلاةِ وَالسَّلامِ، وَلَهُ مِنَ الِعُمُرِ ثَلاثٌ وَسِتُّونَ سَنَةً، مِنْهَا أَرْبَعُونَ قَبْلَ النُّبُوَّةِ، وَثَلاثٌ وَعِشْرُون َفى النبوة. نُبِّئَ بـ(اقْرَأ)، وَأُرْسِلَ بـ (الْمُدَّثِّرْ)، وَبَلَدُهُ مَكَّةُ.
بَعَثَهُ اللهُ بِالنِّذَارَةِ عَنِ الشِّرْكِ، وَبالَدْعُوة إِلَى التَّوْحِيدِ، وَالدَّلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى: (يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ * قُمْ فَأَنذِرْ * وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ * وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ * وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ * وَلاَ تَمْنُن تَسْتَكْثِرُ * وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ). وَمَعْنَى: (قُمْ فَأَنذِرْ): يُنْذِرُ عَنِ الشِّرْكِ، وَيَدْعُو إِلَى التَّوْحِيدِ. (وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ) : أَيْ: عَظِّمْهُ بِالتَّوْحِيدِ. (وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ): أَيْ: طَهِّرْ أَعْمَالَكَ عَنِ الشِّرْكِ. (وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ): الرُّجْزَ: الأَصْنَامُ، وَهَجْرُهَا: تَرْكُهَا، وَالْبَرَاءَةُ مِنْهَا وَأَهْلُهَا، أَخَذَ عَلَى هَذَا عَشْرَ سِنِينَ يَدْعُو إِلَى التَّوْحِيدِ، وَبَعْدَ الْعَشْرِ عُرِجَ بِهِ إِلَى السَّمَاءِ، وَفُرِضَتْ عَلَيْهِ الصَّلَواتُ الْخَمْسُ، وَصَلَّى فِي مَكَّةَ ثَلاثَ سِنِينَ، وَبَعْدَهَا أُمِرَ بالْهِجْرَةِ إِلَى الْمَدِينَةِ، وَالْهِجْرَةُ الانْتِقَالُ مِنْ بَلَدِ الشِّرْكِ إِلَى بَلَدِ الإِسْلامِ
Pokok ketiga: Mengenal Nabi Muhammad ﷺ.
Beliau adalah Muhammad bin Abdillah bin Abdul Muththalib bin Hasyim. Hasyim dari Quraisy dan Quraisy dari Arab, dan Arab dari keturunan Ismail bin Ibrahim al-Khalil ‘alaihis salam. usia beliau 63 tahun. Yang 40 tahun sebelum kenabian, dan 23 tahun sebagai Nabi dan Rasul. Awal kenabian Nabi ﷺ dengan turunnya wahyu surat al-Alaq dan kerasulan dengan turunnya wahyu surat al-Mudatstsir. Negeri beliau Mekkah dan berhijrah ke Madinah. Allah mengutus beliau sebagai pemberi peringatan dari kesyirikan dan mengajak kepada tauhid. Dalilnya adalah firman Allah ﷻ,
﴿يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ (١) قُمْ فَأَنْذِرْ (٢) وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ (٣) وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ (٤) وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ (٥) وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ (٦) وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ ﴾
“Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi agar memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan karena Tuhanmu, bersabarlah.” (QS. Al-Muddatsir: 1-7)
Makna (قُمْ فَأَنْذِرْ) adalah berilah peringatan dari kesyirikan dan ajaklah kepada tauhid.
Makna (وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ) adalah agungkanlah Dia dengan tauhid.
Makna (وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ) adalah bersihkanlah amalanmu dari kesyirikan.
Makna (وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ) adalah perbuatan dosa dengan menyembah berhala, dan cara mengatasinya dengan meninggalkannya dan berlepas diri darinya dan pelakunya. Untuk hal ini, beliau ﷺ berdakwah selama 13 tahun untuk mengajak kepada tauhid. Setelah 10 tahun kenabian, beliau dinaikkan ke langit dan mendapatkan kewajiban salat lima waktu. Beliau ﷺ salat di Makkah selama 3 tahun, setelah itu diperintah hijrah ke Madinah.
Hijrah adalah berpindah dari negeri kesyirikan ke negeri Islam. Hijrah diwajibkan atas umat ini dari negeri kesyirikan menuju negeri Islam. Hal ini tetap berlaku hingga terjadinya Kiamat.
Syarah
Sebagaimana yang sering penulis sampaikan bahwa orang yang mampu menjawab pertanyaan “siapakah nabimu?” ketika di alam barzakh kelak adalah orang yang benar-benar mengenal Nabi Muhammad ﷺ. Bukan hanya yang sekedar mengenal namanya saja, namun orang-orang yang senantiasa mencintainya dan menjalankan syariatnya. Dari sini perlu bagi kita untuk mengenal siapakah Nabi Muhammad ﷺ sosok yang wajib untuk kita cintai melebihi cinta kita kepada siapa pun dari kalangan hamba Allah ﷺ. Rasulullah ﷺ bersabda,
لا يُؤْمِنُ أحَدُكُمْ حتَّى أكُونَ أحَبَّ إلَيْهِ مِن ولَدِهِ ووالِدِهِ والنَّاسِ أجْمَعِينَ
“Tidak beriman salah seorang di antara kalian, hingga menjadikan aku lebih dicintai melebihi kecintaannya kepada anaknya, bapaknya dan seluruh manusia.”([1])
Rasulullah ﷺ juga bersabda ketika meluruskan pernyataan Umar bin Khattab radhiallahu‘anhu yang pernah berkata,
لَأَنْتَ أحَبُّ إلَيَّ مِن كُلِّ شيءٍ إلَّا مِن نَفْسِي
“Wahai Rasulullah, sungguh Engkau adalah orang yang paling aku cintai, melebihi segala sesuatu kecuali atas diriku sendiri”
Rasulullah ﷺ menjawab,
لَا، والذي نَفْسِي بيَدِهِ، حتَّى أكُونَ أحَبَّ إلَيْكَ مِن نَفْسِكَ
“Belum, demi yang jiwaku di tangan-Nya (demi Allah), sampai engkau menjadikan Aku lebih engkau cintai melebihi dirimu sendiri”
Umar menjawab
فإنَّه الآنَ، واللَّهِ، لَأَنْتَ أحَبُّ إلَيَّ مِن نَفْسِي فَقالَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: الآنَ يا عُمَرُ
“Maka sekarang –Demi Allah- sungguh Engkau lebih aku cintai, melebihi diriku sendiri.” Maka Nabi pun berkata, “Sekarang wahai Umar (sudah benar)([2])
Di antara cara mencintai Rasulullah ﷺ adalah dengan mengenalnya, mengetahui tentang sifat-sifatnya, syariatnya dan jasanya bagi umat manusia. Allah ﷻ berfirman,
﴿لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ ﴾
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At Taubah: 128)
Di antara perkara yang sangat menyedihkan adalah ketika seseorang tidak mengenal nabinya. Tidak mengetahui sejarah Nabi ﷺ sementara dia mengenal sejarah tokoh-tokoh yang lain. Jika ada seorang kafir yang mengenal Nabi Muhammad ﷺ bahkan ia menulis sebuah buku 100 tokoh terdepan di dunia dia menempatkan Nabi Muhammad ﷺ sebagai tokoh pertama dikarenakan dia tahu betapa hebatnya Nabi Muhammad ,ﷻ maka sangat disayangkan sekali ketika ada seorang yang mengaku muslim namun tidak mengenal Nabi Muhammad ﷺ.
Nabi Muhammad ﷺ adalah teladan dari segala sisi. Jika seseorang ingin mencari keteladanan maka semuanya ada pada Nabi ﷺ. Seorang yang ingin mencari keteladanan sebagai seorang ayah, pemimpin negara, suami yang terbaik, sahabat terbaik, kedermawanan terbaik, majikan terbaik, sosok terbaik dalam bermuamalah kepada para musuh, sosok yang pemaaf, sosok yang sangat kuat ibadahnya, seorang yang paling tawaduk semua keteladanan tersebut ada pada diri Nabi ﷺ . Oleh karenanya seorang muslim hendaknya lebih mengenal Nabi Muhammad ﷺ karena beliau adalah teladan yang paling terbaik. Lebih dari itu hendaknya ia juga menjalankan syariat Nabi Muhammad ﷺ sehingga ketika ditanya di alam barzakh “siapakah nabimu?” maka Allah akan meneguhkan perkataannya sehingga ia mampu menjawab pertanyaan tersebut. Allah ﷻ berfirman,
﴿يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِۖ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَۚ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ ﴾
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. (QS. Ibrahim:27)
Di awal pembahasan ini Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah menjelaskan tentang nasab Nabi Muhammad ﷺ, umur beliau dan dakwah beliau di Mekkah.
Nasab Nabi Muhammad ﷺ
Beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan.
Setelah Adnan maka tidak ada kejelasan yang pasti tentang nama-nama kakek moyang Nabi g, hanya saja semua ulama sepakat bahwa kakek moyang Nabi g bermuara pada Ismaíl bin Ibrahim álaihimas salam.
Nabi ﷺ pernah mengatakan,
إِنَّ اللهَ اصْطَفَى كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ، وَاصْطَفَى قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ، وَاصْطَفَى مِنْ قُرَيْشٍ بَنِي هَاشِمٍ، وَاصْطَفَانِي مِنْ بَنِي هَاشِمٍ
“Sesungguhnya Allah memilih Kinanah di antara keturunan Ismail, dan memilih Quraisy di antara keturunan Kinanah, dan memilih Bani Hasyim di antara suku Quraisy. Dan Allah memilihku di antara Bani Hasyim”.([3])
Oleh karenanya Nabi Muhammad ﷺ dinisbahkan kepada al-Qurasy al-Hasyimi.
Selanjutnya Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata,
وَقُرَيْشٌ مِنَ الْعَرَبِ، وَالْعَرَبُ مِنْ ذُرِّيَّةِ إِسْمَاعِيلَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ الْخَلِيلِ عَلَيْهِ وَعَلَى نَبِيِّنَا أَفْضَلُ الصَّلاةِ وَالسَّلامِ
“Quraisy dari Arab, dan Arab dari keturunan Ismail bin Ibrahim al-Khalil ‘alaihis salam”
Dalam hal ini tidak ada perselisihan di kalangan ahli sejarah bahwa Adnan adalah anak dari Nabi Ismail ‘alaihisalam. Oleh karena itu, Nabi ﷺ dari kalangan Arab Adnaniyah atau al-Arab al-Musta’rabah. Di antara hal yang perlu untuk diketahui bahwa Para ahli sejarah membagi orang-orang Arab menjadi tiga golongan:
Pertama: al-Arab al-Baidah (العَرَبُ البَائِدَةُ) mereka adalah orang-orang Arab kuno yang sudah punah. Seperti kaum ‘Aad, Tsamud, Kan’an, dll.
Kedua: al-Arab al-‘Aribah (العَرَبُ العَارِبَةُ) mereka adalah orang Arab asli dari keturunan Ya’rib bin Yasyjub bin Qahthan. Karena itu, mereka juga disebut Arab Qahthaniyah. Mereka berasal dari Yaman.
Ketiga: al-Arab al-Musta’robah (العَرَبُ المُستَعرَبَةُ) mereka adalah orang yang ter-arabkan dari keturunan Nabi Ismail bin Ibrahim ‘alaihimassalam. Mereka dikenal dengan Arab Adnaniyah([4])
Arab Adnaniyah disebut al-Arab al-Musta’robah, orang yang ter-arabkan, karena nenek moyang mereka Nabi Ismail bin Ibrahim alaihimassalam bukanlah seorang yang berasal dari Jazirah Arab karena ayahnya yaitu Nabi Ibrahim alaihimassalam berasal dari Babilonia. Kemudian beliau membawa anaknya Ismail ke Jazirah Arab. Nabi Ismail menetap di sana, menikah dengan orang-orang setempat dari kabilah al-Jurhumiyah yang merupakan orang arab asli. Setelah itu beliau memiliki keturunan yang disebut sebagai al-Arab al-Musta’rabah (di arabkan), dan di antara keturunan beliau adalah Adnan.
Dari sini kita tahu bahwa suku Quraisy berasal dari keturunan Nabi Ismail alaihissalam. Namun tidak semuanya beriman, di antaranya adalah Abu Jahal, Abu Lahab, Nadhar bin Harits, Umaiyah bin Khalaf, Ubai bin Khalaf semuanya keturunan Nabi Ismail bin Ibrahim alaihimassalam, namun keturunan yang mulia tersebut tidak serta merta menjadikan mereka beriman.
Selanjutnya Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata,
وَلَهُ مِنَ الِعُمُرِ ثَلاثٌ وَسِتُّونَ سَنَةً، مِنْهَا أَرْبَعُونَ قَبْلَ النُّبُوَّةِ، وَثَلاثٌ وَعِشْرُون َفى النبوة. نُبِّئَ بـ( اقْرَأ )، وَأُرْسِلَ بـ ( الْمُدَّثِّرْ )، وَبَلَدُهُ مَكَّ
“Usia beliau 63 tahun. Yang 40 tahun sebelum kenabian, dan 23 tahun sebagai Nabi dan Rasul”
Nabi Muhammad ﷺ lahir di tahun Gajah. Di namakan dengan tahun Gajah karena pada tahun itu Allah ﷻ membinasakan kawanan tentara yang mengendarai gajah yang bermaksud untuk menghancurkan Ka’bah, sebagaimana dikisahkan dalam surah al-Fil. Beliau lahir di hari Senin bulan Rabiul Awal. Adapun tanggalnya, para ulama berbeda pendapat ada yang mengatakan beliau lahir pada tanggal 12, 8 dan 9. Akan tetapi mayoritas ulama berpendapat bahwa beliau lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal. Beliau wafat pada usia 63 tahun, di hari Senin 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriyah.
Rasulullah ﷺ tinggal di Mekkah, ayah beliau Abdullah meninggal di saat beliau masih ada dalam kandungan. Di saat beliau berusia 6 tahun, ibunda beliau wafat. Beliau pun kemudian diasuh oleh kakeknya Abdul Muthallib sampai usia beliau 8 tahun. Setelah itu kakek beliau wafat dan beliau diasuh oleh paman beliau Abu Thalib, sampai pada akhirnya beliau menikah dengan Khadijah radhiallahu’anha.
Jika kita bagi usia beliau secara keseluruhan adalah 63 tahun menjadi 4 fase, maka:
- Fase pertama, 40 tahun sebelum diangkat menjadi Nabi
- Fase kedua, berdakwah di Mekkah selama 10 tahun (belum diwajibkan salat 5 waktu),
- Fase ketiga, 3 tahun di Mekkah (sudah diwajibkan salat 5 waktu) dan
- Fase keempat, selama 10 tahun di Madinah.
Beliau di angkat menjadi Nabi dengan surah al-‘Alaq (إقرأ) , kemudian diperintahkan oleh Allah ﷻ untuk berdakwah dengan surah al-Mudatsir. Kemudian beliau diangkat ke langit untuk menerima perintah salat 5 waktu. Fase kedua dan ketiga disebut dengan tahun kenabian. Jadi beliau menerima wahyu untuk salat 5 waktu pada tahun 10 kenabian. Di tahun ini beliau hanya fokus mendakwahkan tauhid. Setelah beliau hijrah ke Madinah (fase keempat) barulah turun syariat-syariat yang lain seperti, puasa, zakat, haji dan jihad.
Dalil Kenabian Nabi Muhammad ﷺ (دَلَائِلُ النُّبُوَّةِ)
Poin ini sering kita kenal dengan mukjizat kenabian. Banyak sekali dalil yang membuktikan bahwa Muhammad ﷺ adalah seorang Nabi. Dalil-dali tersebut dapat diklasifikasikan dengan beberapa klasifikasi di antaranya:
Pertama : Mukjizat yang tampak. Contohnya mukjizat terbelahnya rembulan, keluarnya air dari jari-jari Nabi ﷺ, makanan dan minuman yang menjadi banyak, makanan yang bertasbih, tangisan batang kurma dll.
Kedua: Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan mukjizat yang luar biasa, sampai-sampai Allah menurunkan beberapa ayat sebagai tantangan kepada orang-orang yang mengingkarinya. Allah ﷻ berfirman,
﴿وَإِن كُنتُمْ فِي رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِّن مِّثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُم مِّن دُونِ اللَّهِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ﴾
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. (QS. Al Baqarah: 23)
Sebelumnya Allah menantang mereka untuk mendatangkan yang semisal dengan Al-Qur’an namun mereka tidak sanggup, kemudian diminta untuk mendatangkan satu surat saja yang semisal dengan Al-Qur’an bahkan dalam ayat yang lain Allah menantang mereka untuk mendatangkan 10 ayat saja yang semisal dengan Al-Qur’an namun mereka juga tidak mampu. Padahal Al-Qur’an turun dengan bahasa Arab dan turun kepada kaum yang mereka ahli bahasa Arab. Mereka adalah kaum yang sangat piawai dengan syair karena mereka adalah pakar dalam bahasa Arab. Sementara Nabi Muhammad ﷺ adalah seorang yang tidak bisa baca dan tulis. Hal ini semakin menguatkan kemukjizatan Al-Qur’an. Dalam hal ini Allah ﷻ berfirman,
﴿وَمَا كُنتَ تَتْلُو مِن قَبْلِهِ مِن كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَۖ إِذًا لَّارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ﴾
“Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu)”. (QS. Al ‘Ankabut: 48)
Ketiga: kesempurnaan syariat yang di bawa oleh Nabi ﷺ. Jika kita perhatikan syariat Islam maka kita akan dapati bahwasanya syariat Islam adalah syariat yang sangat lengkap dan komprehensif. Perhatikan bagaimana syariat Islam mengatur tentang persusuan, bagaimana hubungan seseorang dengan tetangganya, bagaimana Islam mengatur masalah pernikahan, perceraian. Bagaimana Islam mengatur hubungan kemasyarakatan, mengatur kehidupan seseorang dalam bernegara, hubungan antara negara satu dengan yang lainnya, bagaimana interaksi dengan non muslim, bagaimana menyikapi tindak kriminal dll.
Tidak ada seseorang yang akan mendapati syariat yang lebih lengkap dan bertahan dari zaman dahulu hingga sekarang dari pada syariat Islam. Dari sini kita tahu bahwa kesempurnaan syariat Islam merupakan mukjizat tersendiri. Allah ﷻ berfirman,
﴿الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًاۚ فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍۙ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ﴾
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Maidah: 3)
Keempat : Pemberitaan Nabi Muhammad ﷺ tentang hal gaib. Banyak ayat dalam Al-Qur’an yang memberitakan tentang hal ghaib yang akan terjadi di masa yang akan datang dan pada akhirnya benar-benar terjadi. Contohnya, Allah memberitakan tentang kekalahan Romawi dari Persia, kemudian Allah memberitakan bahwa nantinya (kurang dari 10 tahun) mereka (Romawi) yang akan menang. Allah ﷻ berfirman,
﴿الم (١) غُلِبَتِ الرُّومُ (٢) فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُم مِّن بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ (٣) فِي بِضْعِ سِنِينَۗ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِن قَبْلُ وَمِن بَعْدُۚ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ﴾
“Alif Laam Miim, telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman” (QS. Ar Rum: 1-4)
Contoh lain, ketika Allah berfirman tentang bangsa Yahudi. Allah ﷻ berfirman,
﴿قُلْ إِن كَانَتْ لَكُمُ الدَّارُ الْآخِرَةُ عِندَ اللَّهِ خَالِصَةً مِّن دُونِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ ﴾
Katakanlah: “Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, maka inginilah kematian(mu), jika kamu memang benar”. (QS. Al Baqarah: 94)
Ayat ini juga merupakan salah satu mukjizat karena setelah ayat ini turun tidak seorang pun dari orang-orang Yahudi yang datang kepada Nabi Muhammad ﷺ untuk meminta kematian. Ini merupakan tantangan bagi mereka, tidak ada dari mereka yang mengatakan bahwa Al-Qur’an yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ telah salah karena ada di antara mereka yang meminta kematian.
Contoh lain adalah firman Allah ﷻ ketika mengisahkan tentang Abu Lahab. Allah ﷻ berfirman,
﴿تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ (١) مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ (٢) سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ (٣) وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ (٤) فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِّن مَّسَدٍ (٥) ﴾
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut. (QS. Al-Masad: 5)
Surah ini turun di awal Islam, sebenarnya mudah bagi Abu Lahab jika dia ingin membatalkan dakwah Islam. Seandainya Abu Lahab dan istrinya masuk Islam atau minimalnya berpura-pura masuk Islam maka secara otomatis dakwah Nabi Muhammad ﷺ akan batal, namun hal tersebut tidak pernah dinyatakan oleh Abu Lahab hingga ajal menjemputnya.
Kelima : Akhlak dan perjalanan hidup Nabi ﷺ. Jika seseorang memperhatikan akhlak Nabi ﷺ maka dia akan tahu bahwa Nabi ﷺ benar-benar utusan Tuhan. Karena seluruh perilaku Nabi Muhammad ﷺ dapat dijadikan teladan. Jika kita bandingkan dengan tokoh-tokoh tertentu dia hanya menonjol pada salah satu sisi saja, berbeda dengan Nabi Muhammad ﷺ beliau adalah teladan dalam segala sisi, bahkan seluruh kehidupan Nabi Muhammad ﷺ dalam Islam adalah dalil. Semua yang diperlukan oleh umat ada pada diri Nabi ﷺ. Ibnu Hazm rahimahullāh dalam buku beliau yang berjudul al-Fishal fi al-Milal wa al-Ahwa’ wa an-Nihal, beliau berkata,
فَإِنَّ سِيرَةَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَن تَدَبَّرَهَا تَقْتَضِي تَصْدِيقه ضَرُورَة وَتشهد لَهُ بِأَنَّهُ رَسُولُ اللهِ صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقًا فَلَو لم تكن لَهُ معْجزَة غير سيرتِه صلى الله عَلَيْهِ وَسلَّم لَكَفَى
“Sesungguhnya sirah (perjalanan hidup) Muhammad ﷺ bagi siapa yang menelaah dan menghayatinya, akan mengharuskannya untuk membenarkan Nabi dan bersaksi bahwa beliau adalah benar-benar utusan Allah. Seandainya tidak ada mukjizat Nabi selain sirah beliau maka itu sudah cukup”([5])
Sumber : https://bekalislam.firanda.com/5114-pokok-ketiga-mengenal-nabi-syarh-al-ushul-ats-tsalatsah.html